Tahun 2019, Waktunya Bagi E-commerce AR Untuk Mendominasi Toko Online

Discussion in 'Smartphone & Mobile Technologies' started by MonsterAR, Dec 31, 2018.

  1. MonsterAR

    MonsterAR Guest

    2018 adalah tahun keemasan bagi Augmented Reality (AR), sekelompok besar retailer yang berinvestasi dalam e-commerce AR untuk menciptakan pengalaman berbelanja fisik sekaligus digital tentu merupakan salah satu faktor penyebabnya. Hasil awalnya sangatlah fenomenal. Platform desain interior, Houzz, melaporkan bahwa konsumen yang berbelanja produk menggunakan AR memiliki peluang 11 kali lebih tinggi untuk membeli dan menghabiskan waktu 2,7 kali lebih banyak di aplikasi Houzz.

    Pendorong utama pertumbuhan ini adalah kemajuan teknis yang membuat AR lebih mudah diimplementasikan dan dikelola. Secara khusus, rilis iOs 12 terbaru dari Apple menawarkan AR dengan kualitas yang jauh lebih tinggi di browser. Dengan lebih dari 50% pengguna iPhone sudah menjalankan OS terbaru, ini telah memengaruhi pengalaman berbelanja seluler.

    Tetapi faktor terbesar yang mendorong adopsi ini adalah pembeli. Konsumen tidak hanya menyukai AR, mereka menginginkan pengalaman berbelanja yang mendalam, mereka menginginkan pengalaman yang konsisten antara web dan seluler.

    Inisiatif AR yang sukses membutuhkan kemampuan untuk membuat, mengelola, dan mengintegrasikan aset 3D pada skala tertentu.

    [​IMG]

    Survei konsumen Vertebrae baru-baru ini menemukan bahwa 78% orang yang pernah menggunakan e-commerce AR secara aktif lebih suka pengalaman virtual ini dibanding konten video. Ketika diminta untuk membuat pengalaman AR yang ideal, lebih dari setengah (57%) menyatakan bahwa mereka ingin menempatkan barang yang mereka pertimbangkan untuk dibeli di lingkungan mereka sendiri. Ini merupakan respons tunggal paling populer, melampaui game AR (45%) dan filter, lensa, dan efek Snapchat (32%).

    Jika Anda menambahkan fakta bahwa konsumen AR biasanya adalah generasi Millenial dengan penghasilan lebih tinggi, AR harus langsung dijadikan prioritas bagi semua retailer yang perlu terhubung dengan generasi pembeli yang sedang naik daun ini. Tetapi sebagian besar penjual masih mempelajari polanya. Hanya 1 dari 10 merek yang mengatakan mereka sudah mengintegrasikan AR ke dalam upaya pemasaran mereka, menurut data terbaru dari Boston Consulting Group; 45% lainnya mengatakan bahwa mereka sedang dalam mode eksperimental, dan 35% mengatakan bahwa mereka memiliki rencana untuk menggunakannya di masa depan.

    2 Hal Penting Dalam Penerapan E-commerce AR
    [​IMG]

    Untuk tetap sejalan dengan konsumen, retailer jelas perlu mempercepat adopsi AR. Tetapi tidak semua pengalaman diciptakan sama. Ritel harus mempertimbangkan dua hal yang paling penting jika mereka ingin memastikan AR menjadi alat bisnis, bukan hanya sekedar gimik.

    Pertama dan terpenting, para profesional industri menunjukkan kelangkaan konten berkualitas sebagai salah satu hambatan terbesar untuk adopsi AR yang lebih luas. Inisiatif AR yang berhasil membutuhkan kemampuan untuk membuat, mengelola, dan mengintegrasikan aset 3D pada skala tertentu. Namun, pemodelan 3D dasar berada di luar keahlian tim kreatif dan desain in-house tradisional, dan para 3D artist berbakat lebih cenderung untuk menggunakan bakatnya di Hollywood dan Negeri tetangga seperti Malaysia.

    Bahkan di tangan programmer berpengalaman sekalipun, proses pembuatan AR terbilang lambat, manual, dan memakan waktu cukup lama, dan AR pada umumnya terbatas pada beberapa produk tertentu. Tetapi kini telah muncul alat dan platform yang mempermudah konversi produk dan aset menjadi 3D, sehingga pedagang tidak lagi membutuhkan sumber daya teknis khusus untuk mengaplikasikan e-commerce AR. Pendekatan baru ini, mirip dengan dampak Scene7 di media kaya, berjanji untuk menempatkan media imersif di tangan setiap penjual dalam tiga hingga enam bulan ke depan.

    Kedua, seiring bertambahnya adopsi AR, begitu juga harapan agar AR bermanfaat dan tidak hanya keren. Dua pertiga konsumen mengatakan bahwa mereka menginginkan aplikasi AR untuk membantu mereka menjelajahi tempat yang mereka kunjungi atau mempelajari keterampilan baru, dan 58% mengatakan mereka menginginkan akses ke manual produk AR. Demikian pula, seperti yang disebutkan di atas, 57% responden survei Vertebrae mengatakan mereka ingin AR membantu memvisualisasikan bagaimana produk akan terlihat di lingkungan mereka.

    AR Pada Halaman Produk
    [​IMG]

    Jika mereka ingin menciptakan pengalaman berbelanja yang bermakna, penjual harus mendorong AR di luar kampanye branding. Integrasi yang ketat dengan tampilan halaman produk e-commerce, input visual dan output AR untuk pencarian di tempat, dan konektor untuk pemesanan satu sentuhan merupakan salah satu fitur yang harus dicari pedagang dari mitra pengembangan AR potensial.

    Penjual juga harus mempertimbangkan untuk menggunakan AR berbasis web, yang dapat membawa 3D ke web atau situs seluler apa pun yang ada — tidak diperlukan aplikasi. Pendekatan ini memungkinkan penjual untuk dengan mudah mengintegrasikan AR langsung ke halaman produk di mana pelanggan mereka sudah meneliti dan membeli, menambah tingkat kepercayaan dan kepuasan konsumen baru.

    Meskipun masih belia, augmented reality memiliki potensi untuk menghilangkan hambatan antara pengalaman online dan offline dan memenuhi permintaan konsumen akan alat belanja yang interaktif. Untuk mewujudkan potensi tersebut, pedagang harus mengatasi tantangan pengadopsian di awal untuk menciptakan aplikasi yang bermakna, yang dioptimalkan untuk penjualan.
     
Loading...

Share This Page