Surga Air Terjun Nyarai, Hutan Gamaran Padang Pariaman, Sumatera Barat

Discussion in 'Tourism' started by fiqr, Dec 27, 2017.

  1. fiqr

    fiqr New Member

    Joined:
    Oct 4, 2017
    Messages:
    4
    Likes Received:
    0
    Trophy Points:
    1
    [​IMG]
    Sekitar tahun 2013, masih banyak warga di sekitar hutan Gamaran Padang Pariaman, Sumatera Barat yang berprofesi sebagai penebang hutan. Rata-rata ada 10 sampai dengan 15 batang pohon yang ditebang oleh warga setiap harinya. Ukuran pohon-pohon yang ditebang rata-rata memiliki diameter seperti tubuh orang dewasa bahkan lebih. Sekedar informasi, pohon dengan ukuran diameter 50 cm saja kira-kira membutuhkan waktu 3 tahun untuk tumbuh.

    Warga beranggapan bahwa mereka berhak untuk “mengelola” hutan di tanah adat. Apalagi pekerjaan yang mereka lakukan memang menjadi pekerjaan turun-temurun untuk menghidupi keluarga mereka. Inilah yang menjadi keprihatinan seorang pemuda asal Padang Pariaman bernama Ritno Kurniawan (31 tahun) lulusan UGM, Yogyakarta.

    Awalnya keluarga Ritno kurang setuju jika Ritno pulang kampung. Keluarga berharap Ritno mencari pekerjaan yang lebih layak di kota besar seperti Yogyakarta atau menjadi PNS seperti lulusan PTN ternama lainnya. Namun, Ritno bergeming, ia merasa terpanggil untuk menyelamatkan hutan yang menjadi warisan nenek moyangnya. Saat itu Ritno memang sudah tercetus ide untuk membuka wisata susur hutan. Karena Ritno yakin, alam di Hutan Gamaran Padang Pariaman masih asri dan alami. Bahkan saking asrinya, dalam perjalanan menyusuri hutan, Ritno masih bisa menemukan flora dan fauna endemik khas Sumbar, termasuk ular sanca dan tapir.

    Ritno menganggap bahwa kekayaan alam tersebut bisa menjadi potensi besar untuk membuka usaha wisata hiking dan trekking. Ritno yakin bahwa ada pasar yang memang tertarik untuk melihat flora dan fauna di alam bebas secara langsung.

    Mimpi Ritno untuk menjaga hutan dan kelestarian alam jelas tak mudah. Idenya tersebut ditentang oleh banyak orang termasuk warga yang takut kehilangan mata pencaharian mereka sebagai penebang pohon, para pembalak hutan. Ritno akhirnya putar otak dengan mendekati beberapa tokoh masyarakat dan tokoh yang dituakan untuk mendukung idenya tersebut. Ritno meyakinkan pada para tetua bahwa potensi wisata hutan akan menciptakan profesi baru sehingga warga akan tetap mendapatkan penghasilan tanpa harus merusak alam.

    Para tetua dan tokoh masyarakat akhirnya mulai menerima ide dan gagasan yang Ritno sampaikan. Mereka pun mulai menyadari dan mendukung program Ritno untuk mengembalikan hutan Gamaran Padang Pariaman kembali asri dengan mengurangi para penebang pohon membabat habis hutan. Akhirnya sebagai permulaan Ritno berhasil merekrut 25 orang warga untuk mewujudkan mimpinya.

    Lewat sosial media dan jejaring pertemanan, Ritno mulai mempromosikan paket wisata trekking yang ia janjikan berbeda dengan paket wisata lainnya. Ritno akhirnya mendapatkan 5 orang pengunjung pertama yang membayar biaya sebesar Rp 20 ribu perorang untuk trekking menyusuri hutan sepanjang 5.3 kilometer. Padahal luas hutan Gamaran diperkirakan sekitar 500 hektar lebih.

    [​IMG]
    Bayar Rp 20 ribu, ini wiasta yang ditawarkan Hutan Gamaran Padang Pariaman​

    Uang sejumlah Rp 100 ribu itu ia gunakan untuk membuat spanduk Rp60 ribu dan sisanya diberikan kepada pemandu dan uang kas pertama komunitas yang dinamai dengan L.A Adventure. Sejak itulah Ritno bersama dengan 25 warga sekitar Hutan Gamaran mulai membuka eko wisata di Padang Pariaman.

    Usaha tersebut akhirnya membuahkan hasil setelah 3 tahun berjalan. Bahkan hingga tahun 2017, sudah tercatat 170 orang warga begabung dalam komunitas yang Ritno bentuk dengan meninggalkan pekerjaan lamanya sebagai penebang hutan. Padahal awalnya Ritno hanya mendapatkan dukungan dari 25 orang warga sekitar. Aksi Ritno pun mulai mendapatkan perhatian pemerintah dan beberapa lembaga lingkungan hidup termasuk dari National Geographic.

    [​IMG]
    Pesona Ekowisata yang ditawarkan oleh komunitas yang dibentuk oleh Ritno dkk​

    Tim dari Natgeo bahkan rutin setiap tahun memberikan berbagai pelatihan survival bagi para pemandu wisata. Puncak kunjungan terjadi pada tahun 2014, saat itu Hutan Gamaran berhasil menyedot 80 ribu pengunjung dalam satu tahun. Kini, hampir setiap bulan Ritno dan kawan-kawan melayani berbagai permintaan wisata dari 1000 orang perbulannya. Ritno pun mengembangkan paket paket wisata sehingga lebih bervariasi. Salah satu yang menarik, Ritno membuka paket berburu ikan Unagi secara tradisional.

    Mungkin ada sosok seperti Ritno lain dibeberapa daerah yang sedang berjuang dalam bidang lingkungan. Kalau agan punya teman, kenalan atau mengetahui sosok inspiratif seperti Ritno, kenapa tidak agan tulis saja di blog agan supaya lebih banyak menginspirasi anak muda di Indonesia untuk melakukan hal yang sama.

    Kebetulan Astra sedang mengadakan lomba tulis inspiratif yang mengangkat sosok-sosok pemuda yang berhasil memberikan dampak positif terhadap lingkungan seperti apa yang dilakukan oleh Ritno. Anugerah Pewarta Astra 2017 akan menyeleksi tulisan agan dan menilainya secara komprehensif untuk memperebutkan hadiah utama sebuah mobil dan hadiah menarik lainnya bernilai jutaan rupiah.

    Jadi, tunggu apalagi gan, tulis dari sekarang sosok inspiratif jagoan agan disekitar agan. Tulis juga kontribusi Astra terhadap bangsa dan produk Astra yg menurut agan bisa bermanfaat untuk orang banyak sebelum tanggal 31 Desember 2017 ya.

    Pendaftaran dan tata caranya bisa dilihat di satu-indonesia.com/lomba/
     
    Last edited by a moderator: Nov 13, 2018
Loading...

Share This Page