Siapa Yang Mempromosikan Islamofobia?

Discussion in 'General Discussion' started by tagor, May 21, 2017.

  1. tagor

    tagor New Member

    Joined:
    May 7, 2017
    Messages:
    3
    Likes Received:
    0
    Trophy Points:
    1
    Mantan pemimpin redaksi Charlie Hebdo, Stéphane Charbonnier berbagi pemikiran terakhirnya tentang kebangkitan Islamofobia beberapa hari sebelum pembunuhannya yang dilakukan oleh kelompok fundamentalis Islam.
    [​IMG]
    Kantor Charlie Hebdo pasca diserang
    Pada tanggal 7 Januari 2015, dua orang bersenjata menyerbu kantor surat kabar satir di Prancis, Charlie Hebdo. Mereka menembak dengan senapan otomatis sehingga menyebabkan sekitar 12 orang tewas di tempat dan 5 orang luka berat, 2 orang yang tewas diantara adalah petugas kepolisian, tetapi sebenarnya mereka hanya mencari seseorang yang bernama: "Charb". Dikenal dengan nama penanya, Stéphane Charbonnier adalah pemimpin redaksi Charlie Hebdo, seorang kritikus fundamentalisme yang vokal, dan kartunis satir politik terkenal. Tentunya kita tidak lupa dengan salah satu kartun kontroversial yang ia buat yaitu kartun yang menggambarkan sosok Muhammad (Nabi Muhammad SAW).

    [​IMG]
    Stéphane Charbonnier
    Melihat isu sensitif yang telah Charb tulis dan gambar, maka tidak mengherankan jika dia telah menerima ancaman pembunuhan dan bahkan masuk dalam daftar "Most Wanted List" Al Qaeda. Namun 2 hari sebelum meninggal, dia telah menyelesaikan sebuah buku berjudul Open Letter : On Blasphemy, Islamophobia, and the True Enemies of Free Expression (Surat Terbuka: Penghujatan, Islamofobia, dan musuh sebenarnya dari Kebebasan Berkespresi - terjemahan red).

    Open Letter : On Blasphemy, Islamophobia, and the True Enemies of Free Expression (Little, Brown and Company, 2016), yang ditulis oleh Stéphane Charbonnier, adalah buku berisi tentang ras, agama, suara etnis minoritas maupun mayoritas dalam masyarakat majemuk, dan hak untuk kebebasan berekspresi beserta tantangannya di situasi yang berbahaya.

    Wartawanlah Yang Mempromosikan Islamofobia

    Istilah "Islamofobia" tidak akan pernah bisa mencapai popularitas sampai dengan saat ini tanpa keterlibatan media yang konyol. Mengapa mereka begitu bersemangat untuk mengkooptasi Islamofobia? Pertama, mereka butuh berita yang baru, kedua, berita tersebut harus terus hangat dan menjadi cerita yang berkelanjutan, dan yang terakhir untuk kepentingan komersial. Padahal sumbangan penulisan mereka untuk mempopulerkan istilah "Islamofobia" tidak pernah sedikit pun termotivasi oleh dorongan untuk memerangi rasisme.

    Sederhananya, berita skandal apa pun yang berisi kata "Islam" dalam judul utamanya akan menjadi berita yang sangat menjual. Sejak serangan 11 September 2001, media telah menempatkan karakter yang menarik dan menakutkan di tengah panggung yaitu Teroris Islam. Setiap teroris manapun bisa menakut-nakuti kita, tapi jika Anda menilai setiap orang Islam adalah teroris maka itu tak lebih dari kesombongan Anda. Ketakutan merupakan hal yang sangat sensitif bagi publik, dan tidak heran jika ketakutan akan Islam laku keras. Dan Islam yang menakutkan telah menjadi satu-satunya Islam yang ada di mata publik pada umumnya.

    Karena media jugalah yang membuat masyarakat sensitif terhadap Islam Radikal dan Umat Islam yang berjanggut ataupun bercelana cingkrang.

    Ketika media besar asing menyajikan sebuah berita tentang Islam, seringkali sebuah karikatur, maka berita tersebut hanyalah sebuah provokasi yang membuka peluang munculnya protes terbuka dari kelompok-kelompok penekan yang melacak Islamofobia. Selama mereka terus menyajikan opini atau pendapat mereka tentang kebangkitan Islamofobia, maka banyak orang akan senang membacanya.

    Saat ini, ketika seorang wartawan meminta seorang Muslim untuk mengomentari "kebangkitan Islamofobia," padahal yang sebenarnya apa yang dia minta adalah komentar atas sesuatu yang mereka (media) ciptakan sendiri. Dengan kata lain, reporter membantu memperkuat dan mempertajam permasalahan dan kemudian mengaku terkejut bahwa permasalahan Islamofobia ternyata memang ada dan terus bertahan di kalangan masyarakat.

    Sehingga seringkali tanpa disadari, ketika kita (dan mungkin termasuk para Pemimpin Muslim besar) sedang diwawancarai oleh reporter dan diminta untuk mengungkapkan pendapatnya tentang "Kebangkitan Islamofobia", sebenarnya kita sedang bertatap muka dengan sosok yang tugasnya adalah menyebarkan dan menjual ketakutan akan Islam.
     
Loading...

Share This Page