Saran Ahli Gizi Agar Anak Gemar Makan Sayur

Discussion in 'Health & Medical' started by bimo dimas, Feb 22, 2021.

  1. bimo dimas

    bimo dimas Member

    Joined:
    Oct 26, 2020
    Messages:
    300
    Likes Received:
    1
    Trophy Points:
    18
    [​IMG]

    Merahputih.com - Memberikan makanan pada anak gampang-gampang susah. Terkadang keinginan anak sulit ditebak. Terlebih bila memberikan sang anak sayuran, yang tidak jarang mengalami penolakan.

    Padahal, menurut Dokter spesialis gizi klinik Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RSCM, Luciana B Sutanto, orang tua perlu mengenalkan sayuran pada anak sejak dini.

    Menurut dokter Luciana, cara yang ampuh untuk mengenalkan sayuran pada anak yaitu memberikan jenis sayuran dengan rasa manis. "Pertama pilih sayur untuk anak yang agak manis, dimasak matang agar rasanya enak dan empuk," tutur Luciana dikutip dari Antara.

    Bila si kecil sudah punya kesan pertama yang buruk pada sayuran, maka akan sulit untuk membujuknya makan sayur di hari berikutnya. Jadi bunda harus pintar memilih jenis sayuran yang sesuai dengan selera anak.

    Seperti halnya wortel, yang kaya akan vitamin A bermanfaat untuk menjaga kekebalan tubuh si kecil. Atau labu yang berbahan lembut cocok untuk makanan pertama anak.

    Selain itu, orang tua juga bisa memasak ubi yang mengandung serat, vitamin C, hingga vitamin B. Perlu diingat, buatlah tekstur sayuran hingga benar-benar halus, dan pastikan buang kulitnya sebelum kamu berikan pada si kecil.

    Sementara itu, untuk anak yang sudah mulai besar dan sulit untuk memakan sayuran, kamu bisa mengakali dengan mencincang, memarut atau menyelipkan sayuran ke dalam isi piring. Seperti halnya menyelipkan sayuran yang sudah dicincang ke dalam bola-bola nasi, kentang tumbuk atau bakso.

    Selain itu, Dokter Luciana juga menyebutkan dalam sepiring makan anak, disarankan ada 30 persen sayur dan buah. Bunda jangan hanya fokus dengan protein dan karbohidrat pada porsi makan si kecil.

    Dalam memberikan gizi yang seimbang untuk anak di usia lima tahun pertama, cukup krusial. Bila nutrisi tidak seimbang, akan membuat pertumbuhan si kecil tidak optimal. Ini membuat si kecil mengalami stunting, masalah gizi kronis lantaran kurang asupan gizi dalam jangka panjang.

    Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (riskesdas) 2018, menujukkan sekitar 30,8 persen atau 7 juta balita menderita stunting. Bahkan di 2013, balita yang menderita stunting jumlahnya 37,2 persen.

    Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan Indonesia sebagai negara ketiga dengan angka prevalensi stunting di Asia pada 2017, dengan angka mencapai 36,4 persen. Sementara menurut data Riskesdas angka stunting di Indonesia menurun hingga 23,6 persen.

    Sumber: Link
     
Loading...

Share This Page