Psikolog UI Deasy satu pesawat dg Jokowi: Saya kagum kesederhanaannya

Discussion in 'General Discussion' started by unoshop13, Apr 19, 2014.

  1. unoshop13

    unoshop13 Member

    Joined:
    Apr 6, 2014
    Messages:
    24
    Likes Received:
    1
    Trophy Points:
    8
    Deasy Amrin, aktivis kemanusiaan yang juga psikolog alumni Universitas Indonesia (UI) tidak menyangka tulisannya tentang pengalaman bertemu Capres Jokowi naik pesawat Garuda sendirian sambil membawa ransel, yang juga dimunculkan Lensaindonesia.com, ternyata mendapat sambutan besar dari masyarakat.

    “Sebagai psikolog SDM, saya tidak menyangka tulisan saya, yang saya maksudkan untuk memaparkan bahwa di Indonesia masih banyak figur pemimpin yang bisa jadi tauladan itu ternyata mendapat respon yang luas biasa di sosial media,” kata Deasy ketika diwawancarai LICOM via telepon, Rabu (16/4/14).

    Baca juga: Kendali partai tetap di tangan Mega, bukan Jokowi dan Ini curhat penumpang Garuda mengira Jokowi palsu bawa ransel sendirian

    Deasy meluruskan bahwa ungkapan pengalaman bertemu Gubernur DKI Jakarta Jokowi yang kini menjadi Capres itu, merupakan pengalaman peribadinya ketika dalam perjalanan naik pesawat dari Solo menuju Jakarta. Dan, bukan ditulis oleh Hemasari Dharmabumi seperti diberitakan lensaindonesia.com. Hemasari hanya menge-share tulisannya lewat akun facebook-nya.

    “Intinya, itu tulisan saya tidak berubah, dan lensaindonesia.com hanya salah menulis sebagai tulisan Hermasari. Saya kaget tulisan saya yang sebelumnya banyak direspon di sosial media, kok sekarang banyak yang merespon lagi, dan menanyakan kok yang menulis orang lain,” kata Deasy, yang mengaku menulis pengalamannya hanya ingin berbagi pengalaman bernilai kemanusiaan lewat blog-nya.

    Sementara itu, Hermasari Dharmabumi juga mengaku kepada Deasy sempat kaget karena tulisan dalam blog Deasy yang di-share di akun facebook-nya, dikutip lensaindonesia.com. Dia menyangka ketika lensaindonesia.com minta izin mengambil tulisannya, adalah tulisan soal anak-anak.

    “Tulisan blog ttg pengalaman di garuda itu bukan tulisan saya, saya hanya ikut men-share dari tulisan lain. Saya pikir anda mengambil tulisan ttg anak saya, bukan ttg pengalaman Garuda,” demikian Hermasari menyampaikan kepada LICOM, Rabu (16/4/14).

    Deasy yang memaafkan atas salah menyebut nama itu, mengaku alasannya mengungkapkan pengalaman bertemu figur Jokowi saat dia bersama suaminya di dalam pesawat itu, tidak ada kaitan dengan siapa pun. Dia menilai bahwa figur Jokowi dengan kesederhanaannya sebagai seorang tokoh, bukan dibuat-buat.

    “Saya pribadi tidak setuju kalau apa yang selama ini dilakukan Pak Jokowi yang dikenal blusukan itu dibuat-buat. Atau, dihujat untuk pencitraaan. Karena kalau pencitraan itu perilakunya sesaat. Tapi, saya melihat sendiri bagaimana Pak Jokowi sewaktu naik pesawat itu. Artinya, dia memang habit dengan kesederhaannya seperti itu. Itulah yang membuat saya tergerak untuk menulis dalam blog saya,” kata Deasy.

    Sebagai blogger yang aktif menulis pengalaman kemanusiaan, Deasy sebagai psikolog yang aktif menjadi konsultan SDM itu, mengakui masih banyak obyek-obyek lain yang dituangkan di dalam blognya. “Saya hanya ingin mengimbangi maraknya informasi negatif di semua media sosial. Kasihan masyarakat terus menghadapi presure informasi-informasi yang cenderung chaos,” kata Deasy.

    Sebagai psikolog, Deasy mengakui apa yang dirasakannya saat bertemu Capres Jokowi dari mulai beli tiket sampai sama-sama naik pesawat di Garuda kelas ekonomi, tentu juga mengalami perasaan yang sama dengan penumpang lain, tidak menyangka bahwa sosok itu adalah seorng Jokowi beneran. Karena memang tidak biasanya, ada tokoh pejabat, apalagi Jokowi sekarang jadi Calon Presiden, naik pesawat seorang diri tanpa pengawal dan hanya membawa tas ransel. Berikut kutipan ungkapan hati Deasy yang dituangkan dalam blog-nya;

    Akhir pekan lalu, saya dan suami bertolak kembali ke Jakarta dari Solo, melalui Bandara Adi Soemarmo. Saat tengah menunggu giliran masuk pesawat di tengah antrian panjang, tiba-tiba kami dikejutkan oleh suara sedikit gaduh di belakang. Spontan menoleh, beberapa orang pun melakukan hal yang sama. Bahkan tak sedikit yang bergegas menghampiri ke arah kerumunan. Sesosok pria dengan wajah sangat familiar berdiri di tengah-tengah orang yang berebut untuk menyapa dan berfoto bersama.

    Mengenakan celana jeans, kemeja putih bertangan panjang yang digulung, menyandang ransel hitam di pundak, ia terlihat sedikit lelah, namun secara umum terkesan santai, tenang dan ramah. Pria itu menebar senyuman khasnya. Dia orang nomer satu di DKI, Joko Widodo yang tenar dengan sapaan akrab Jokowi.

    Saya ikut berdegup melihat kehadiran beliau, terutama melihat antusiasme orang-orang di ruang tunggu keberangkatan. Seolah semua merasa ingin mendekat dan menyapa. Sangat tergelitik untuk ikut menghampiri beliau, namun saya pun separuh mengingatkan diri sendiri sebenarnya, jangan sampai proses boarding terganggu. Terlebih, kerumunan berjarak agak jauh dari titik kami berdiri dan terhalang beberapa penumpang lain.

    Saya berusaha fokus pada antrian, meski sesekali masih juga melihat ke belakang. ‘Dzziig!’ Ada rasa yang sedikit asing, namun membuat saya tiba-tiba dijalari perasaan haru mendalam. Semacam cubitan bercampur pelukan hangat.

    Belum tuntas keheranan, berikutnya saya kembali menyaksikan sesuatu yang langka di negeri ini: seorang pejabat publik terkemuka ikut di dalam antrian masuk ke pesawat, untuk kemudian duduk di bangku belakang: kelas ekonomi! Dalam penggambaran bak tokoh kartun, mungkin rahang saya sudah terlepas jatuh ke lantai. Baru kali ini saya duduk lebih depan daripada seorang pejabat. :p

    Bukan tanpa alasan. Sudah terlalu sering saya menyaksikan bagaimana pongahnya perangai para penguasa ketika menggunakan fasilitas publik. Jangankan mereka, para asisten dan lingkaran terdekatnya juga kerap bertingkah berlebihan, selalu minta dilayani, diistimewakan dan dimaklumi setiap kali mereka hadir. Tidak banyak yang lebih memuakkan dari hal tersebut.

    Pria itu, datang seorang diri tanpa kawalan. Sikap tubuhnya begitu alami, tenang dan apa adanya. Ia membaur dengan orang lain tanpa rasa canggung atau kedekatan buatan ala pejabat pada umumnya; senyum lebar saat tersorot kamera TV dan kembali basi saat off air. Sikap yang saya yakini hanya bisa muncul lewat adanya keinginan tulus untuk menghargai orang lain, dari hatinya. Tanpa upaya ‘lebay’ atau jumawa berlebihan, saya melihat bagaimana ia disambut reaksi spontan dan sikap hangat yang diperlihatkan oleh orang-orang di sekitar beliau.

    Sangat mungkin dada saya sesak karena melihat hal yang sangat bertolak belakang dengan pandangan umum, namun merupakan sesuatu yang sangat saya rindukan: pemimpin sebenarnya. Bukan semata pejabat; seorang yang tengah menjabat posisi sebagai pimpinan. Turun dari pesawat, Pak Jokowi mengikuti jalur umum; antri, turun tangga dan menaiki bus bandara yang mengantarkan ke terminal kedatangan; seorang diri.

    Kepala saya langsung berhitung mengkalkulasi taksiran biaya yang bisa dihemat antara perjalanan beliau dibandingkan dengan para pejabat yang memerlukan antek-antek dan tetek bengek yang lebih ke arah tiada manfaat itu.

    Image

    Apa yang baru saja saya saksikan membuat sepanjang penerbangan dan perjalanan saya pun menjadi super cengeng; bukan karena turbulensi atau macet Jakarta. Tapi karena mendapati sesuatu yang sangat langka dan berharga. Rasanya baru kali kemarin selama di udara saya memanjatkan doa yang berbeda tema. ;)

    Dari dasar hati terdalam saya memohon agar Allah SWT melimpahkan berkah dan kemudahan bagi para pemimpin yang benar-benar ikhlas dan tulus bekerja untuk rakyat. Semoga mereka diberikan kesehatan lahir batin, menghadapi masalah dan tantangan yang begitu banyak di negara ini.

    Saya tidak berhasil mengingat, kapan terakhir kali saya berdoa hal yang sama. Hhm.. sebegitu parahnya mungkin persepsi saya tentang pemimpin/para pejabat pada umumnya, sehingga hati saya kurang tergerak untuk mendoakan. :-o

    Suami saya pun tersenyum menyetujui, ketika saya mendeklarasikan bahwa perjalanan pulang kemarin merupakan ‘goceng paling berharga yang pernah dibayarkan’. Hehe.. kebetulan dengan memanfaatkan akumulasi mileage frequent flyer, masing-masing kami memang hanya membayar Rp. 5000,- untuk penerbangan tersebut. :D


    Sumber
     
  2. OAXER

    OAXER Member

    Joined:
    Dec 6, 2012
    Messages:
    250
    Likes Received:
    9
    Trophy Points:
    18
    Selamat datang PEMIMPIN BARU

    Selamat datang PEMIMPIN BARU .... GENERASI BARU ....

    Lupakan Capres dari GENERASI JADUL.
    Lihat hasil pekerjaan mereka selama memimpin Indonesia ...
    Korupsi & Fungli di mana-mana ... dipandang remeh sama negara lain ...
    Keluarga Pejabat Kebal Hukum ... Lingkungan Hidup Hancur Lebur ...
    Tata Kota acak-acakan... Transprtasi berantakan ... dll ... dsb..
    *interupsi* *benci* *tidak* *kepanasan*

    APA MASIH BELUM CUKUP JADI PELAJARAN ???
    APA SUDAH TIDAK PEDULI PADA GENERASI YANG AKAN DATANG ???
     
Loading...

Share This Page