Masa Muda yang Penuh Semangat

Discussion in 'Creative Art & Fine Art' started by ncang, Sep 4, 2013.

  1. ncang

    ncang Super Level

    Joined:
    Feb 7, 2013
    Messages:
    4,655
    Likes Received:
    761
    Trophy Points:
    113
    Google+:
    Kuncinya adalah kesederhanaan dari hidup kita, ditambah dengan kecerdasan, serta memiliki keinginan untuk berkerja keras hingga dimasa yang akan datang bisa mengantarkan kita kepada keberhasilan. Disini saya baca Natsir menjadi seorang tokoh yang mendunia. Sepanjang hayat, ia mengabdi untuk kepentingan umat. Luar biasa *akhirnya*
    [​IMG]
    Dari Kampung Jembatan Berukir, Alahan Panjang, Sumatera Barat, 17 Juli 1908, kehidupan itu bermula. Mohammad Natsir bin Idris Sutan Saripado terlahir dari rahim seorang perempuan bernama Khadijah. Anak ketiga dari empat bersaudara itu tumbuh dari keluarga yang sangat sederhana. Ayahnya, Idris Sutan Saripado adalah pegawai rendahan yang bekerja sebagai juru tulis kontrolir di kampungnya. Natsir kerap berpindah-pindah tempat, mengikuti tugas dinas ayahnya. Ia pernah menghabiskan masa kecil di Bonjol dan Maninjau. Tanah yang banyak melahirkan para ulama dan pejuang. Layaknya anak-anak Minang, Natsir kecil juga menghabiskan waktu di surau, mengaji dan bersenda gurau.

    Pendidikan di surau tidaklah cukup. Natsir kecil sangat ingin belajar di sekolah modern. Sayang, karena kedudukan ayahnya sebagai pegawai rendahan itulah, Natsir kecil sempat ditolak sebagai murid di Hollandsch Inlandische School (HIS) Padang, sebuah sekolah bergengsi milik orang kulit putih yang banyak diminati saat itu. HIS hanya menerima anak pegawai negeri yang berpenghasilan besar atau anak saudagar kaya raya. Keluarga Natsir tak masuk dalam kriteria.

    Meski impiannya kandas untuk bersekolah di HIS Padang, Natsir tak patah arang. Ia kemudian bersekolah di HIS Adabiyah Padang, sebuah sekolah yang diperuntukkan bagi anak-anak pribumi dari keluarga berpenghasilan rendah. Selama bersekolah di sini, Natsir dititipkan kepada mamaknya yang biasa ia sapa Makcik Ibrahim. Makcik Ibrahim bukanlah orang berpunya. Ia bekerja sebagai buruh kasar di pabrik kopi. Penghasilannya sangat pas-pasan. Untuk makan sehari-hari bersama Natsir, ia harus mengencangkan ikat pinggang. Makanan istimewa mereka adalah rendang teri, yang bisa dibeli sepekan sekali. Atau telur yang hanya bisa dinikmati dua kali dalam sepekan. Untuk merasakan nikmatnya daging rendang, mereka harus menunggu hari raya tiba.

    Meski hanya lima bulan saja hidup bersama Makcik Ibrahim, Natsir kecil banyak belajar tentang kesederhanaan hidup. Ia tak pernah mengeluh, apalagi meratapi nasib dengan berpangku tangan. Pekerjaan rumah tangga sehari-hari ia pikul bersama Makcik Ibrahim. Sepulang sekolah, Natsir mencari kayu bakar di pesisir pantai dan menimba air di sumur. Mencuci, menanak nasi, dan membuat kopi dilakoninya untuk mengurangi beban Makciknya yang sudah seharian berpeluh di pabrik kopi. Ajip Rosidi, penulis biografi M Natsir menggambarkan,”pada usia yang boleh dikatakan masih sangat muda itulah Natsir mulai belajar mengarungi hidup…dia mulai sadar akan artinya tanggungjawab, akan arti saling berbagi dalam hidup bersama…”

    Selepas dari Makcik Ibrahim, Natsir pindah ke HIS Solok. Oleh ayahnya, Natsir dititipkan ke Haji Musa, seorang saudagar kaya di daerah itu. Di Solok, waktu Natsir dihabiskan untuk menimba ilmu. Pagi ia di HIS, sore hari di Madrasah Diniyah, dan malam hari ia mengaji dan memperdalam bahasa Arab. Karena kecerdasannya, selama di HIS Solok Natsir diperbantukan untuk mengajar. Dari hasil mengajar, ia memperoleh upah sepuluh rupiah perbulan. Pekerjaan ini ia lakukan bukan karena kekurangan uang, karena Haji Musa yang kaya raya itu tentulah sudah menjamin kebutuhannya sehari-hari. Natsir bersekolah sambil mengajar semata-mata ingin bisa mandiri, tak ingin terus merepotkan keluarga dan orang yang ditumpanginya.

    Di HIS Solok Natsir tak lama. Ia kemudian tinggal bersama kakaknya di Padang dan diterima sekolah di HIS Padang, sekolah yang dulu menolaknya karena ia anak pegawai rendahan yang biasa dicemooh oleh sinyo Belanda sebagai inlanders. Karena kecerdasan dan nilai mata pelajarannya yang bagus, Natsir kemudian memperoleh beasiswa untuk melanjutkan studi di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) Padang. Sebuah sekolah setingkat SMP yang diisi oleh anak-anak berprestasi. Di MULO, Natsir mulai aktif berorganisasi. Bersama Sanoesi Pane, Natsir aktif di Jong Islamieten Bond (JIB) cabang Sumatera Barat. JIB awalnya adalah organisasi Perkumpulan Pemuda Islam yang didirikan untuk melakukan konter-propaganda yang dilakukan para misionaris Kristen dan kelompok Theosofi (sebuah aliran kebatinan yang berada di bawah kendali Freemasonry).

    Setamat dari MULO, keinginan Natsir untuk terus belajar terus menggebu. Anak-Anak tamatan MULO kebanyakan melirik tanah Jawa untuk melanjutkan studi, tak terkecuali Natsir. Ia ingin sekali merantau ke Pulau Jawa seperti anak-anak cerdas tamatan MULO lainnya yang sudah sampai lebih dulu ke tanah seberang. Kepada orang tuanya, Natsir menceritakan keinginannya untuk bisa melanjutkan studinya ke AMS (Algemere Middlebare School) A-II, setingkat SMA, jurusan sastra Belanda di Bandung. Cita-cita terkabul, ia mendapat beasiswa di AMS Bandung.

    * * *

    Bandung, Kota Kembang berjuluk Parijs van Java saat itu sudah dikenal sebagai kota modern. Kota berhawa sejuk itu menjadi tujuan para tuan tanah dan Meneer Belanda untuk berfoya-foya menghabiskan uang. Tempat hiburan, gedung bioskop dan taman-taman bertaburan, tempat muda-mudi menghabiskan malam. Meski gemerlap oleh kehidupan duniawi, Bandung saat itu juga menjadi tempat mangkalnya para aktivis.
    Natsir muda yang hidup di tengah-tengah itu tak hanyut oleh gemerlapnya Bandung. Ia memilih larut dalam buku-buku pelajaran di tempat kosnya yang sempit di Jalan Cihapit, menghabiskan waktu perpustakaan, dan berdiskusi dengan teman-teman satu organisasinya di Jong Islamieten Bond (JIB) Bandung. Di JIB inilah kiprah berorganisasi Natsir terus bersinar. Ia kemudian dipilih menjadi Ketua Badan Inti oleh JIB Pusat. Sejak itulah Natsir banyak berkenalan dengan tokoh-tokoh seperti H Agus Salim (tokoh Syarikat Islam, red) dan Syekh Ahmad Soorkaty, ulama asal Sudan yang mendirikan organisasi Al-Irsyad Al-Islamiyah.
    Jika ada waktu senggang, bersama temannya di JIB, Natsir muda juga rajin mengunjungi ustadz A Hassan, seorang lelaki keturunan Tamil, India, yang dikenal fakih dalam bidang agama. Di gang sempit tempat tinggal A Hassan di Bandung itulah, Natsir muda banyak memperdalam soal-soal agama.
    Kelak dikemudian hari, A Hassanlah yang banyak mempengaruhi pemikiran Natsir dalam bidang agama dan menjadikannya guru yang paling dikenang. Saat Soekarno mabuk kepayang oleh sekularisasi Turki dan menjajakan paham sekularnya ke tengah masyarakat untuk dijadikan landasan bernegara, A Hassan dan Natsirlah tokoh yang dikenal paling bersuara kencang menolak gagasan Soekarno. Masa-masa selanjutnya, A Hassan dan Natsir dikenal sebagai motor penggerak Persatuan Islam (Persis), organisasi yang dikenal puritan mendakwahkan pentingnya kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah.

    Dari H Agus Salim, A Hassan, dan Syekh Ahmad Soorkaty itulah, Natsir banyak belajar tentang kesederhanaan hidup dan keikhlasan dalam berjuang. Ketiga tokoh itu, betapapun sangat terkenal, tetap hidup dalam kebersahajaan. Selain itu, Natsir juga banyak memperoleh wawasan keislaman dari mereka. Hasil persentuhan Natsir dengan ketiga orang itulah yang kemudian mengokohkan Natsir untuk mengabdikan hidup bagi kepentingan Islam.

    Kiprah Natsir di Bandung terus menderu. Ia semakin yakin, bahwa hidup untuk meninggikan kalimat Allah lebih mulia ketimbang lainnya. Meski mendapat beasiswa untuk studi di Belanda setamat dari AMS, Natsir lebih memilih jalan dakwah. Karena keprihatinannya akan sekolah-sekolah Islam yang kurang memadai saat itu, Natsir kemudian mendirikan Pendidikan Islam (Pendis) di Bandung pada tahun 1932. Ia ingin, siswa yang dibinanya bisa mengembangkan ilmu-ilmu modern dengan dasar pemahaman agama yang kokoh, yang bisa menjadi bekal di masa depan.

    Bagi Syuhada Bahri, Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) saat ini, pilihan Natsir untuk tidak mengambil beasiswa dari Belanda, menunjukan bahwa orientasi hidup Natsir lebih kepada agama. Ia, kata Syuhada, lebih memilih berguru kepada A Hassan, ketimbang melanjutkan studinya di Belanda. “Saya lama termenung, kenapa beliau tidak mengambil beasiswa studi di Belanda itu, kemudian saya menemukan jawabannya di dalam al-Qur’an disebutkan, “Wattaqullah, wayu’allimukumullah.” Bertakwalah kamu kepada Allah, niscaya Allah yang akan menjadi guru kalian. Sepertinya Pak Natsir ingin mengambil itu,” terang Syuhada.

    Syuhada melanjutkan, “Jadi dengan membangun diri sebagai orang yang bertakwa, Allah yang akan menjadi gurunya. Kalau Natsir mengambil beasiswa di Belanda itu, belum tentu dia menguasai agama. Tapi dengan menguasai agama, sudah pasti akan menguasai ilmu-ilmu itu. Jadi Pak Natsir benar-benar ingin menjadikan Allah sebagai guru,” lanjutnya. Komitmen itulah yang dipegang teguh oleh Natsir, bahkan di usia tua ketika memimpin DDII di Jakarta.

    Padang, Bandung, dan Jakarta. Sepanjang hayat, di tanah tempatnya berpijak, Sang Maestro dakwah itu tak kenal lelah mengabdi untuk umat. Kini, jejak perjuangannya tak cukup hanya diingat. Karena ia juga selalu berpesan, bahwa dakwah harus terus bergulir. Bergulir sepanjang zaman, selama hayat di kandung badan.

    Bagaimana dengan kita ? Apakah sekarang masih merasa muda dan tetap #semangat menyongsong hidup ?

    sumber : http://satunegeri.com/masa-muda-yang-penuh-semangat.html
     
    iidbae likes this.
  2. wphoet

    wphoet You'll Never Walk Alone

    Joined:
    Feb 19, 2013
    Messages:
    1,149
    Likes Received:
    142
    Trophy Points:
    63
    Google+:
    tokoh inspirasi nih

    tokoh inspirasi nih *bagus*
     
  3. ncang

    ncang Super Level

    Joined:
    Feb 7, 2013
    Messages:
    4,655
    Likes Received:
    761
    Trophy Points:
    113
    Google+:
    wphoet wrote:

    jadi tambah semangat gak nih ? *peace*
     
  4. bungapapan

    bungapapan Member

    Joined:
    Sep 10, 2013
    Messages:
    33
    Likes Received:
    1
    Trophy Points:
    8
    weh mantab masih adakah natsir natsir masa kini

    klau saya boleh menilai dan membandingkan semangat orang dulu dan orang yang sekarang lebih besar orang - orang dulu semangat yg tanpa kenal lelah bekerja dengan penuh ketulusan untuk mengabdi zaman sekarang semuanya di nilai dengan materi sulit sekali menemukan orang yg benar - benar tulus melakukan sesuatu utnk kepentingan umat.. heehhehe mungkin karena tuntutan hidup zaman skrg sudah semakin komplek .
     
  5. ncang

    ncang Super Level

    Joined:
    Feb 7, 2013
    Messages:
    4,655
    Likes Received:
    761
    Trophy Points:
    113
    Google+:
    bungapapan wrote:

    bukan karena tuntutan hidup dan juga zaman tapi memang kebanyakan dari kita selalu mencari alasan atau pembenaran dari apa yang dilakukan supaya tetap bisa balik modal *ketawa1*
     
  6. AhmadWafa

    AhmadWafa Member

    Joined:
    Oct 2, 2013
    Messages:
    867
    Likes Received:
    16
    Trophy Points:
    18
    Google+:
    Masa muda ane juga penuh

    Masa muda ane juga penuh dengan semangat gan *ketawa4* Sekarang dah capek . . . *kerja*
     
  7. Biiju890

    Biiju890 New Member

    Joined:
    Dec 12, 2013
    Messages:
    4
    Likes Received:
    0
    Trophy Points:
    1
    emang orang dulu lebih spirit dibanding dengan sekarang. tp kemu

    emang orang dulu lebih baik dari sekarang. tp kemunduran sekarang itu bukan terjadi dengan proses yang singkat. tetapi proses yang panjang, yang mana orang orang terdahulu juga ada dalam sebuah proses memundurkan generasi sekarang ini.
     
  8. bella@

    bella@ New Member

    Joined:
    May 13, 2014
    Messages:
    5
    Likes Received:
    0
    Trophy Points:
    1
    Pada intinya jiwa muda dan jiwa semangat harus diciptakan pada hati dan pikiran kita. Meskipun umur sudah tua, namun dengan adanya tanggung jawab yang kita pikul maka semangat akan terus berkorbar. Jadi hidup didunia ini kalau mau sukses, bergunalah untuk orang-orang disekitar kalian. Banyak pengusaha yang sukses awalnya namun setelah perusahaannya menjadi besar mereka lupa dengan kewajibannya yang harus dipenuhi dan pada akhirnya perusahaannya bangkrut. Sayang banget kan.
     
  9. bisnis onlen

    bisnis onlen Guest

    setuju masa muda masa yang berapi2...
     
Loading...

Share This Page