Gagal Mendidik Anak Bangsa Untuk Hidup Bersama Secara Damai dan Sejuk

Discussion in 'General Discussion' started by Tedy Maryadi, Oct 29, 2014.

  1. Tedy Maryadi

    Tedy Maryadi Member

    Joined:
    Oct 22, 2014
    Messages:
    73
    Likes Received:
    5
    Trophy Points:
    8
    [​IMG]
    Assalamu'alaikum wr wb, kita bertemu lagi di situs tanyatedy.com. Semoga pada saat ini sahabat admin semua dalam keadaan segar dan semangat untuk mendapatkan informasi dari tedy seputar cara mendidik anak bangsa.
    Kali ini tedy akan membuat sebuah artikel untuk referensi sebuah makalah yang diminta oleh seorang saudara seiman kami, yaitu Akhi Benny Kurniawan(STAI Sultan Abdurrahman) dengan judul Gagal Mendidik Anak Bangsa Untuk Hidup Bersama Secara Damai dan Sejuk.

    Baiklah, berdasarkan judul dari artikel tentu saja sudah terpampang jelas dihadapan kita apa yang menjadi pokok permasalahan artikel ini. Seperti halnya yang kita lihat akhir-akhir ini, banyaknya terjadi kenakalan remaja seperti tauran, perkelahian, genk motor, balap liar, dan berbagai macam aliran-aliran kelompok remaja yang sangat jauh dari kata Damai bahkan untuk dapat Hidup Rukun dan Sejuk di tanah air tercinta.

    Nah, apa yang terjadi pada pola fikiran mereka sehingga berbuat demikian? Tentu saja semua itu pasti ada yang melatar belakanginya, tentunya ada motif dibalik itu semua, bak kata pepatah ”ada udang disebalik batu”.

    Sehingga, kita sebagai masyarakat madani, kaum intelektual, dan mahasiswa-mahasiswi tidak menghakimi langsung terhadap perkara apa yang dibuat kepada pelakunya. Kita harus melihat dari segala sisi, apakah ada yang salah dengan sistem Negara ini? Atau dengan sistem pendidikannya? Atau ada kegagalan dalam mendidik dan membina generasi muda? Itu semua akan kita bahas dalam referensi makalah ini. Selamat Membaca.

    Salah satu alat bangsa yang digunakan untuk mendidik dan membina generasi penerus bangsa yaitu Pendidikan Nasional. Pendidikan Nasionalbertujuan untuk membentuk masyarakat Indonesia seutuhnya beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, demokratis, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia, menguasai IPTEK, sehat jasmani dan rohani, memiliki keterampilan hidup yang berharkat dan bermartabat, memiliki kepribadian yang mantap, mandiri dan kreatif, serta memiliki tanggung jawab kemasyarakatan dan kabangsaan yang mempu mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas, dan berdaya saing tinggi di era globalisasi.

    Sementara itu, akhir-akhir ini banyak sekali catatan merah dari Pendidikan Nasional yang tampak dihadapan mata kita semua. Salah satunya yaitu,Pendidikan Nasional tampak gagal mendidik anak bangsa indonesiauntuk dapat hidup bersama secara damai dan sejuk.

    Taukah kita? Bahwa saat ini dunia Pendidikan Indonesia sedang dihadapkan oleh permasalahan akhlak yang besar, Pendidikan Nasional yang dengan beragam kurikulum dan sistem-sistem yang telah diluncurkan oleh Pemerintah Pusat tidak berarti apa-apa setelah dipraktikan dilapangan. Kerusuhan kerap terjadi, perselisihan sering silih berganti, belum lagi pertikaian disana-sini, sepanjang jalan pendidikan seolah-olah medan pertempuran tawuran sedang menanti. Kita pun sedang dihadapi oleh pertanyaan besar bangsa ini, “What is wrong with Indonesian education system?” Namun, bodohnya bangsa kita lagi, lagi-lagi tidak menyadari bahwa kita sedang dihadapi oleh pertanyaan sebesar itu.

    Lalu sebenarnya apa yang harus diperhatikan? Siapakah yang harus menjadi pionir atau penggerak agar sistem yang telah baik dirancang ini berjalan dengan baik pula? Tentu saja jawabanya tidak lain dan tidak bukan ialah Guru. Karena Guru adalah icon sentral di dunia pendidikan, ialah orang yang bertatapan muka langsung dengan para murid-murid atau para generasi penerus bangsa. Bukanlah para jajaran cabinet Menteri Pendidikan, bukanlah orang-orang berjas yang duduk di Dinas Pendidikan yang harus diperhatikan, tapi ialah Guru, karena Gurulah yang akan mendidik dan membina generasi muda bangsa ini.

    Kenapa begitu? Apa ada yang keberatan dengan pernyataan diatas? Jika ada yang masih keberatan, akan kami jelaskan mengapa dan mengapa harus Guru? Dan apa yang harus kita lakukan kepada Guru.
    1. Guru Sebagai Komponen Utama dalam Sistem Kependidikan
    Pendidikan pada dasarnya merupakan sarana strategis untuk meningkatkan potensi bangsa agar mampu berkiprah dalam tataran yang lebih global. Hanson dan Brembeck (1966) menyebutkan bahwa pendidikan itu sebagai ‘investment in people’, untuk pengembangan individu dan masyarakat, dan di sisi lain pendidikan merupakan sumber untuk pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, menurut Hanson dan Brembeck pendidikan perlu dimantapkan, sehingga dapat difungsikan sebagai penelitian, menemukan dan memupuk bakat, meningkatkan kemampuan manusia untuk menyesuaikan dan mengubah kesempatan kerja dalam rangka pertumbuhan ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan keterampilan dan ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk masa yang akan datang.
    Perbaikan kualitas pendidikan tidak dapat hanya dengan melakukan peningkatan sarana dan prasarana, perubahan kurikulum atau meningkatkan kualifikasi masukan dari sistem pendidikan tanpa memperhatikan kualitas dan nasib atau kesejahteraan guru. Perbaikan sarana dan prasarana, kurikulum telah banyak dilakukan, namun demikian, masih sedikit yang dilakukan dengan menyentuh kebutuhan atau nasib guru secara utuh. Oleh karena itu, sebagai salah satu sub komponen penting dalam sistem pendidikan nasional, perbaikan kebutuhan dan nasib guru untuk dewasa ini perlu diintensifkan. Delors, dkk. (1996) menunjukkan bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidikan diantaranya bergantung pada status sosial, --termasuk di dalamnya kondisi ekonomi guru, pengetahuan dan keterampilan, karakteristik personal, masa depan profesi dan motivasi guru.
    Dengan mempelajari peran yang harus dilakukan guru, harus diakui bahwa tugas itu memang tidak ringan. Sebagai intinya, guru ideal adalah harus orang yang memiliki seluruh sifat-sifat ‘baik dan sempurna’ dalam segala hal, baik dalam keilmuannya, sikap, maupun tingkah lakunya. Namun demikian, karena penghargaan bangsa Indonesia terhadap profesi guru itu masih relatif rendah, maka untuk mendapatkan seluruh kesempurnaan guru di atas menjadi sangat sulit. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya atau perjuangan agar nasib mereka tidak lebih terpuruk lagi sehingga mereka mau dan mampu bangkit untuk mewujudkan harapan seluruh pihak tentang guru yang sebenarnya dan ideal.
    2. Perjuangan Untuk Guru
    Untuk membuat pendidikan dan guru menjadi lebih baik diperlukan perjuangan berbagai pihak. Reformasi yang meletus sejak tahun 1997 masih terengah-engah macet di tengah jalan karena pelaku reformasinya juga perlu direformasi. Untuk itu diperlukan reformasi jilid II dengan penambahan energi (reenergizing) untuk mendongkrak kekuatan yang mengembalikan niat perbaikan bangsa dengan berpihak kepada rakyat. Paragraph berikut akan mendiskusikannya melalui beberapa perjuangan untuk guru, salah satunya yaitu di bidang sosial dan budaya.
    a. Perjuangan Sosial
    Perjuangan sosial berarti mengembalikan citra guru yang status sosialnya dulunya pernah ‘jaya’ dibandingkan dengan profesi lainnya. Hal itu paling tidak tercermin dari istilah guru adalah ‘orang yang dapat digugu dan ditiru’, sehingga Pak Lurah rela dan bangga kalau anaknya disunting oleh guru.
    Untuk menciptakan masya-rakat yang menghargai guru, menurut hemat penulis seperti yang telah sering diinginkan oleh bangsa Indonesia saat ini adalah dengan menciptakan masyarakat madani atau civil society.
    Sekali lagi, dalam membentuk masyarakat madani, guru juga mempunyai peranan yang sangat penting karena keenam butir ciri-ciri masyarakat madani di atas sudah dan bahkan harus ditanamkan oleh guru di kelas, diamalkan di lingkungan sekolah dan masyarakat secara luas.
    Apabila masyarakat Indonesia telah benar-benar mencapai masyarakat madani, penulis yakin mereka akan menghargai gurunya. Mereka sadar bahwa dalam membentuk masyarakat seperti yang diinginkan itu jasa guru sangat besar, mereka telah berjuang menjadi suri teladan agar para peserta didik yang juga akan menjadi anggota masyarakat meniru nilai-nilai yang telah ditanamkan dan diamalkan dalam kehidupan keseharian di masyarakat itu. Akhirnya, mereka tidak rela kalau guru mereka hanya dihargai seperti yang sekarang ini.
    b. Perjuangan Budaya
    Perbaikan kualitas dan nasib guru dapat dilakukan melalui jalur budaya, dan perjuangan harus lebih banyak dilakukan oleh guru sendiri sebagai suatu corp. Dari sisi ini harus diakui bahwa guru adalah penjaga nilai-nilai budaya masyarakat. Oleh karena itu, guru juga harus menjadi orang pertama penjaga gawang mempertahankan nilai-nilai budaya masyarakat ini.
    Termasuk dalam hal ini adalah sopan santun dan menghargai kepada guru. Sebagai contoh apa yang dikemukakan Ki Hadjar Dewantoro, Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, adalah salah satu nilai-nilai budaya Jawa yang telah meng-Indonesia yang patut dan perlu dipelihara oleh guru itu sendiri maupun bangsa Indonesia pada umumnya.
    Untuk memperoleh guru yang senantiasa berkualitas mengikuti perkembangan jaman dan ilmu pengetahuan, maka dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan yang lebih kepada guru melalui pendidikan atau pelatihan-pelatihan untukmeng-up date kemampuan guru dalam mengajarkan materi pelajaranya di kelas. Adalah suatu hal yang tidak masuk akal apabila peserta didik mempunyai kemampuan lebih atau informasi lebih baru dan lengkap dibandingkan dengan gurunya.

    Untuk itu, kesimpulan yang dapat tedy ambil setelah jongkok sambil ngetik berjam-jam dan berfikir sembari mengobrak-abrik referensi dari Internet, dari buku-buku pendidikan, dan setelah keluar masuk perpustakaan yaitu diperlukannya kekuatan yang lebih kuat dari dalam untuk memperbaiki generasi muda bangsa ini, diperlukannya guru-guru yang terlatih dan profesional dalam mengajar, mendidik, dan membina, serta diperlukan pula penanaman-penanaman nilai-nilai social dan budaya kepada generasi muda. Karena orang yang bertatapan langsung dengan generasi muda adalah Guru, maka gurulah orang pertama yang harus menanamkan nilai-nilai social dan budaya pada dirinya, sehingga dapat dia salurkan dan tanamkan kepada murid-murid dikelasnya. Setelah itu sukses dan berhasil, barulah tidak akan kita dengar lagi yang namanya Gagal Mendidik Anak Bangsa untuk Hidup secaraDamai dan Sejuk.

    Sekian referensi makalah yang dapat tedy buatkan untuk seluruh readers tanyatedy.com dan terkhusus untuk sohib disana. Semoga dapat menjadi referensi yang bermanfaat, dan ingat! Berbagi itu Indah, tinggalkanlah komentar jika anda manusia J. Terlebih terkurang tedy mohon maaf, wasalamu’alaikum wr, wb.

    [SUMBER]

    Artikel Terkait :
    1. Raja Ebook Gratis : Cerita Dewasa + Gambar Part 2
    2. Fungsi Matematika dalam Ekonomi dan Bisnis
    3. Penerapan Pendidikan Agama Islam didalam Dunia Pendidikan Indonesia
    4. Kimia??
    5. Chrysophyta
     
    Last edited by a moderator: Oct 29, 2014
  2. fajri

    fajri New Member

    Joined:
    Sep 28, 2014
    Messages:
    3
    Likes Received:
    0
    Trophy Points:
    1
  3. Tedy Maryadi

    Tedy Maryadi Member

    Joined:
    Oct 22, 2014
    Messages:
    73
    Likes Received:
    5
    Trophy Points:
    8
    sama-sama, kita saling berbagi :)
     
  4. megatrans

    megatrans Member

    Joined:
    Jan 18, 2016
    Messages:
    43
    Likes Received:
    2
    Trophy Points:
    8
    kalo menurut saya indonesia terlalu mengkotak - kotakan pendidikan bukan melihat latar belakang calon yang akan dididik jika ditengok terlebih dahulu latar belakang calon siswa yang akan dididik seperti daerah inlude SDA daerahnya dan geografisnya maka dunia pendidikan tak akan tersentrelalisasi di wilayah wilayah tertentu yang memang belum tenntu sesuai dengan daerah yang akan dikembangkan dengan adanya hal ini muncullah ingkungan kos kosan yang memang rawan dalam hal moral karena lingkungan rumah tetap opsi utama dan yang terbaik lalu dengan mereka belajar dan mengenali lingkungannya maka saya yakin akan timbul rasa inisiatif membangun daerahnya sendiri
     
Loading...

Share This Page