Di tengah hari-hari kampanye yang riuh dan berbusa-busa, satu di antara calon yang amat bersemangat adalah Don Mukidi. Don Mukidi berpidato berapi-api di lapangan Desa Undur-undur. Melalui corong pembesar suara, biasa, dia pun umbar janji untuk memajukan masyarakat desa. Caranya, dia janji akan memperlancar arus pengiriman hasil bumi dari desa tersebut ke kota. “Sodara-sodara sekalian, begitu terpilih nanti saya akan memperbaiki jalan masuk ke desa ini,” ujarnya. “Percayalah sodara..., saya akan perbanyak truk datang ke sini" Prok... prok.. prok ....suit... suiiit... Dapat tepuk tangan ramai dan siulan nyaring sambung-menyambung, membuat Don Mukidi kian menggelembung. “Sodara-sodari.., di saat musim hujan pun hasil panen kalian akan tetap bisa dibawa ke kota. Saya akan membangun jembatan untuk mengatasi banjir.” Mendengar ucapan terakhir ini, juru bisiknya bilang dari belakang panggung, “Ati-ati, bos, di sini nggak ada sungai.” Bisikan itu dengan sigap disambar Don Mukidi, “Yak, sodara... jangan kuatir... nanti sungai pun saya bikin....”
dan setelah menjabat, Don Mukidi menepati janjinya. Truk-truk pengangkut berdatangan menguras habis hasil bumi masyarakat. Jalan yang telah diperbaiki dan tampak mulus pun hanya diperuntukan untuk truk-truk pengangkut, masyarakat desa dilarang melewatinya